Minggu, 13 Juni 2010

Kisah Ashabul Ukhdud (Jika Aqidah Jadi Pilihan)

Peristiwa Ashabul-Ukhdud adalah sebuah tragedy berdarah yang sangat memilukan. Seorang raja kejam yang membantai jiwa jiwa kaum muslimin. Sungguh itu merupakan suatu kebiadapan dan tindakan yang tidak berprikemanusiaan. Namun Bagi mereka yang beriman, Aqidah (Keyakinan) tetaplah harus dipertahankan, karena dengannya, kebahagiaan yang hakiki akan diperoleh.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan : “Dahulu ada seorang raja dari orang orang sebelum kalian. Dia memiliki seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah lanjut usia(Tua), ia berkata kepada sang raja, “Sesungguhnya usiaku sudah semakin tua, oleh karenanya berikan kepadaku seorang pemuda untuk aku
ajarkan ilmu sihir”.
Maka sang raja pun mengutus kepadanya seorang pemuda(anak) yang kemudian dia ajari ilmu sihir. Dan di jalan yang dilaluinya menuju tukang sihir, disana ada seorang ahli ibadah (rahib). Lalu pemuda itu mendatangi rahib itu dan mendengarkan ucapannya. Maka dia dibuat terkagum-kagum oleh gaya bahasa dan ungkapannya. Dikarenakan itu, setiap kali ingin mendatangi tukang sihir ia selalu duduk dan mendengarkan petuah rahib.Setelah itu barulah ia datang ketukang sihir. Jika dia mendatangi tukang sihir maka dia dipukul (Karena sering datang terlambat). Kemudian dia mengadukan hal tersebut kepada rahib. Maka rahib itu berkata,“Jika tukang sihir hendak memukulmu, maka katakan ‘keluargaku telah menghalangiku’, dan jika keluargamu hendak memukulmu, maka katakan kepada mereka, ‘Tukang sihir telah mencegahku”.

Hari haripun berlalu, dan sang anak tadi mengikuti pesan sang rahib tersebut. Suatu hari tiba-tiba pemuda itu mendapatkan seekor binatang buas yang mengonggok ditengah jjalan sehingga menghalangi lalu lalangnya manusia. Lalu dia mengatakan (pada dirinya). “Pada hari ini aku akan membuktikani, apakah tukang sihir itu lebih utama daripada rahib”. Kemudian dia mengambil batu dan berkata:“Ya Allah, jika perintah rahib itu lebih Engkau sukai dan ridhai daripada perintah tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melewati jalan.”

Selanjutnya dia melemparnya dengan batu, kemudian binatang itu mati dan orang-orang dapat berlalu. Kemudian dia menceritakan hal itu kepada sang rahib. Dan rahib itu berkata kepadanya: “Hai anakku, pada hari ini engkau lebih baik daripada diriku dan engkau akan diuji, hendaklah engkau tidak melaporkan tentangku.”

Kini sang pemuda itu dapat mengobati orang yang terkena penyakit buta, kusta, lepra dan berbagai macam penyakit lainnya, Maka terdengarlah hal itu oleh salah seorang teman duduk raja. Ia adalah seorang yang yang buta. Maka dia pun mendatanginya

dengan membawa hadiah yang cukup banyak seraya berkata :“Sembuhkanlah diriku, dan engkau akan mendapatkan semua harta yang aku bawa ini.”Pemuda itu menjawab, “Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun, sebenarnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Yang Mahamulia lagi Mahaperkasa. Jika engkau beriman kepada Allah, maka aku akan berdo’a kepada-Nya demi kesembuhanmu”.

Maka orang itu pun menyatakan keimanannya kepada Allah, kemudian pemuda itu mendo’akannya, lalu Allah memberikan kesembuhan kepadanya.

Setelah itu orang tersebut menghadap sang raja, dia duduk di dekatnya sebagaimana yang biasa dia lakukan. Sang raja berkata kepadanya, “Hai fulan, siapa yang telah mengembalikan pandanganmu ini?” Rabb-ku,” jawabnya.

“Apakah engkau memiliki tuhan selain aku?!” tegas raja tersebut. Pengikutnya itu menjawab, “Iya !! Dialah Allah, Rabb-ku dan juga Rabb-mu.”

Kemudian pengikutnya itu disiksa tiada henti-hentinya hingga akhirnya dia memberitahu tentang keberadaan sang pemuda.Dibawanya pemuda itu kepada sang raja. Raja itu berkata, “Telah sampai berita kepadaku bahwa sihirmu dapat menyembuhkan penyakit buta,kusta, lepra dan berbagai penyakit lainnya.”

Sang pemuda menjawab, “Sesungguhnya aku tidak dapat menyembuhkan siapapun. Hanya Allah saja yang dapat menyembuhkan penyakit.” Sang raja berkata. Maka disiksalah pemuda itu hingga akhirnya ia memberitahu tentang keberadaan sang rahib. Lalu rahib itu dibawa menghadap raja, dan raja itu berkata, “Tinggalkan agamamu !!”

Tetapi rahib itu menolak melakukannya. Maka sang raja meletakkan gergaji di tengah-tengah kepalanya sehingga membelah tubuhn ya menjadi dua.bagian, Lalu ia (Raja) berkata kepada temannya yang tadinya buta, “Tinggalkan agamamu!” Tetapi orang itu juga menolak meninggalkan agamanya sehingga raja itu meletakkan gergaji di tengah-tengah kepalanya lalu membelah tubuhnya orang tadi menjadi dua pula. Kemudian raja itu berkata kepada sang pemuda, “Tinggalkanlah agamamu!” Namun pemuda itu tetap menolak. Selanjutnya raja mengatakan kepada beberapa orang untuk membawanya ke sebuah gunung seraya mengatakan: “Jika kalian telah sampai di puncaknya, jika dia (pemuda tadi) mau meninggalkan agamanya, maka biarkanlah dia hidup. Akan tetapi jika ia tidak mau maka lemparkanlah dia. Ke dasar jurang.”

Maka mereka pun pergi membawanya. Dan ketika mereka telah sampai di ketinggian gunung, maka pemuda itu berdo’a, “Ya Allah, selamatkanlah aku dari tipu daya mereka sesuai dengan kehendak-Mu.” Kemudian gunung itu pun berguncang yang membuat semua prajurit terguling dan jatuh kedalam jurang.

.

Kemudian pemuda itu datang lagi seraya mencari-cari jalan hingga akhirnya masuk menemui sang raja, maka raja itu bertanya, keheranan ”Apa yang telah terjadi pada orang-orang yang mengawalmu?” Dia menjawab, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menyelamatkan diriku dari mereka.”

Selanjutnya raja itu mengutus beberapa orang prajurit lain dan berkata: “Pergilah kalian dengan membawa anak itu disebuah perahu. Jika kalian telah sampai di tengah lautan, jika dia mau meninggalkan agamanya, maka biarkanlah dia hidup, dan jika tidak maka tenggelamkan saja dia.”

Maka para prajuri pergi menunaikan perintah rajanya. Dan pada saat mereka sampai di tengah lautan, pemuda itu berdo’a: “Ya Allah, selamatkanlah aku dari tipu daya mereka sesuai dengan kehendak-Mu” Tiba tiba perahu yang mereka tumpangi terbalik dan mereka semua tenggelam kecuali sang pemuda yang diselamatkan oleh Allah.

Selanjutnya pemuda itu datang lagi dan menemui sang raja, Raja pun kembali terkejut dan bertanya lagi, “Apa yang telah terjadi dengan orang-orang yang mengawalmu?” Dia menjawab, “Allah telah menyelamtkan diriku dari makar mereka.”

Lebih lanjut pemuda itu berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan dapat membunuhku sehingga engkau mengerjakan apa yang aku perintahkan kepadamu. Jika engkau mengerjakan apa yang aku perintahkan kepadamu, barulah engkau bisa membunuhku, jika tidak, engkau tidak akan pernah dapat membunuhku.

Raja itu pun bertanya, “Apa itu?”

Dia menjawab: “Engkau harus mengumpulkan semua orang di suatu tanah lapang, lalu engkau saliblah diriku di sebuah pohon kurma, lalu ambillah anak panah dari tas milikku,kemudian letakkanlah panah itu dibusurnya. Kemudian ucapkan, ‘Bismillahi Robbul Ghulam (Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini).’ Kemudian lepaskanlah anak panah tersebut. Jika engkau melakukan hal tersebut, maka engkau akan dapat membunuhku.”

Kemudian sang raja pun mengumpulkan orang orang pada padang yang luas, dan menyalib pemuda itu disebuah batang kurma. Kemudian Raja tadi mengambil anak panah dari tas sang pemuda dan meletakkan anak panah di busur miliknya dan kemudian dia melontarkannya seraya berkata:“ ‘Bismillahi Robbul Ghulam (Dengan nama Allah,Rabb pemuda ini).”

Maka anak panah itu pun meluncur tepat mengenai pelipis pemuda tadi. Selanjutnya pemuda itu meletakkan tangannya pada bagian yang terkena panah tersebut dan kemudian pemuda itu wafat.

Maka (melihat hal itu) seluruh orang-orang pun berkata, “Kami beriman kepada Allah, Rabb pemuda ini.” Lalu dikatakan kepada raja tersebut, “Bagaimana pendapatmu melihat apa yang selama ini engkau khawatirkan? Demi Allah sesungguhnya semua hal itu telah terjadi. Semua orang telah beriman kepada Allah.

Lalu raja memerintahkan prajuritnya agar menyiapkan peralatan galian untuk membuat parit-parit dan menyalakan api di dalamnya, seraya berkata, “Barangsiapa yang mau meninggalkan agamanya, maka biarkanlah mereka tetap hidup dan jika tidak (meninggalkan agamanya) maka lemparkanlah mereka ke dalam parit.”

Maka ketika dikatakan “Lemparkanlah”, maka prajurit raja melemparkan seluruh orang orang yang beriman. Diantara orang orang Mukmin ada seorang wanita yang menggendong bayinya yang masih disusuinya. Wanita itu berdiri lemas tanpa daya, menghadap jurang parit yang tengah penuh kobaran api, seakan-akan dia takut terjerumus ke dalam api tersebut”.

Maka tiba tiba bayi yang dibawanya berkata, “Bersabarlah wahai ibuku! Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”

(Kisah Shohih diatas, diriwayatkan oleh Al Imam Muslim didalam kitab Az-Zuhd Bab Qiassatu ashabil ukhdud was-Shahir war-Rohib Wal Ghulam:3005)

Sungguh Allah telah mengutuk orang-orang yang membuat parit itu, sebagaimana dalam firman-Nya: “Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu’min itu melainkan karena orang-orang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji,” (QS Al-Buruj [85] : 4-8)

Diantara pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah diatas ialah :

  1. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan menyesatkan siapa yang dia kehendaki. Pemuda dalam kisah ini mendapatkan petunjuk dari Allah, meskipun dia berada dalam pengawasan seorang tukang sihir dan raja yang kafir.
  2. Kita harus menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh, bahkan sejak kita masih muda, seperti pemuda itu, agar kita menjadi alim (berilmu), dan dapat menolong diri kita dan orang lain dengan ilmu yang bermanfaat.
  3. Kita tidak boleh terperdaya oleh kepandaian atau kelebihan seseorang, tetapi mengembalikan semuanya kepada Allah. Lihatlah pemudah itu, dia tidak pernah menyombongkan keahliannya menyembuhkan penyakit di hadapan manusia, akan tetapi ia selalu menegaskan bahwa hanya Allah sajalah yang menyembuhkan, dan hanya kepada Allah sajalah dia berdo’a meminta kesembuhan.
  4. Sesungguhnya Allah Yang Mahatinggi selalu menampakkan kebenaran dan membela para pendukungnya, serta akan menyingkirkan kebatilan dan para penyerunya.
  5. Sesungguhnya seorang yang beriman harus mengorbankan kepentingan pribadinya untuk menegakkan tauhidullah. Agar manusia beriman kepada Allah saja. seperti di dalam kisah di atas. Sang pemuda rela mati mengorbankan dirinya sehingga keteguhan dan kebenaran dakwahnya disaksikan oleh orang banyak, maka orang-orang pun beriman kepada Allah, Rabb pemuda itu, dan Rabb kita semua.
  6. Adapun Praktik “Bom Jihat” yang dilakukan sebagian orang dengan membawa bahan peledak (bom) lalu meledakkanya pada kumpulan orang orang kafir, atau dilokasi yang mereka duga sebagai tempat berkeliarannya orang orang non muslim, maka ini termasuk membunuh diri sendiri. Yang mendapatkan ancaman kekal didalam neraka selama lamanya. Sebagaiman yang disebutkan dalam sebuah hadits , “Barang siapa yang membunuh dirinya dengan sebatang besi, dan besi itu berada ditangannya, maka ia akan menusukkan dengannya di api neraka Jahannam, dia kekal selam lamanya. (HR Bukhari 5778 dan Muslim 109). Aksi pengeboman semacam ini tidaklah membawa maslahat bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Barangkali dengan cara itu ia bisa membunuh 10 orang,100 orang, atau 200 orang kafir, namun tidak membawa manfaat bagi Islam dan ketauhidan kepada Allah, atau tidak juga membuat manusia masuk kepada islam. Bahkan membuat orang diluar islam merasa ngeri dan memandang islam sebagai agama kekerasan dan identik dengan teror, sehingga membuat manusia berbondong bondong meninggalkan islam. Bandingkan ya Ikhwah dengan kisah sang pemuda diatas, sungguh sangat berbeda.
  7. Orang-orang yang beriman akan selalu mendapatkan ujian atas keimanan mereka, seperti yang ditunjukkan oleh kisah diatas, Bahkan ujian tersebut juga menimpa Nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam,para sahabatnya, dan orang orang yang mengikuti mereka dengan benar.

Wallahua’lam………

Maraji:

1. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir , DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Jilid 8, Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, cetakan kelima, 2008.

2. Syarah Riyadush Shalihin, Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali, jilid 1, Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, cetakan keempat, 2008.

3. Untaian Mutiara Kehidupan Para Salaf, Sholahuddin Abu Faiz bin Mudasim,hal 10-30


Nanga Pinoh (Kalbar), 04 Juni 2010

Oleh : Abu Abdillah Ad-Dani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafaddhol,, tinggalkan komentar...