Minggu, 13 Juni 2010

Kesempurnaan Jiwa dan Kemuliaan Akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diistimewakan dengan kefasihan lisannya, keindahan retorikanya, hal itu merupakan salah satu letak keutamaanya, dan sesuatu yang telah dikenal, berperangai luwes, jelas lafaznya, ringkas bicaranya, benar maknanya, dan tanpa dibuat buat. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam telah dikaruniai Jawami’ul kalim (Kalimat ringkas tetapi mengandung makna yang tepat), mempunyai mutiara-mutiara hikmah yang indah dan menguasai logat logat orang arab.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seseorang yang penyantun, sabar, pemaaf disaat mampu membalas, dan sabar pada saat tertimpa musibah, merupakan sifat sifat yang ditanamkan Allah kepadanya. Setiap orang penyantun pasti memiliki kesalahan dan kekeliruan, Berbeda dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, semakin banyak gangguan yang dihadapinya, semakin bertambah kesabaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tidak ada kesalahan orang bodoh yang tertuju pada nya kecuali akan menambah kemurahan hati beliau.

Aisyah berkata, “Tidaklah Rasulullah itu diberi kesempatan memilih antara dua perkra, kecuali beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memilih yang termudah diantara keduanya selama tidak mengandung perbuata dosa, apabila mengandung perbuatan dosa maka beliau adalah orang yang paling jauh darinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membalas seseorang karena kepentingan pribadi, akan tetapi karena syariat Allah telah dilanggar sehingga beliau membalasnya karena Allah, (Shahih Al Bukhari hal 503). Beliau adalah orang yang paling jauh dari kemarahan dan paling cepat ridha (rela).

Sifat kedermawanan beliau benar benar tidak ada tandingannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memberi seperti pemberian orang orang yang tidak takut miskin. Ibnu Abbas berkata, “ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika jibril menemuinya. Jibril menemuinya setiap malam dari bulan Ramadhan untuk mengajarkan kepadanya Al Qur’an. Kemurahan hati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam memberikan suatu kebaikan, lebih cepat daripada angina yang bertiup kencang. (Ibid, hal 502). Jabir berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah dimintai sesuatu kemudian mengatakan tidak. (Ibid)

Keberanian, Kejantanan, Kekuatan dan kepahlawanan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di saat menghadapi musuh sudah tidak diragukan lagi. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani, tidak goyah, pantang mundur, dan tidak pernah gentar. Ali bin abi Thalib radhiAllahu ‘anhu berkata, “Apabila peperangan telah memanas dan serangan semakin seru, kami berlindung dibalik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada seorangpun yang paling dekat dengan musuh kecuali beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat kitab asy-syifa’ karangan Qadhi Iyadh, I/89 dan hal serupa telah diriwayatkan oleh para penulis kitab sunan dan shahih).

Anas bin Malik radhiAllahu ‘anhu berkata, “Suatu ketika penduduk madinah dikejutkan oleh suatu suara, orang orang menuju ketempat datangnya suara, Akan tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu mereka pada saat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali dari arah suara tersebut, ternyata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendahului mereka, beliau mengendarai kuda milik Abu Thalhah yang tak berpelana, dileher beliau tergantung sebilah pedang sambil berkata, “Kalian jangan takut, kalian jangan takut”. (Shahih muslim hal 252 dan shahih al Bukhari hal 407)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat pemalu dan sangat menjaga pandangan matanya. Abu Sa’id al-Kudri radhiAllahu ‘anhu berkata, “Beliau lebih pemalu daripada gadis perawan yang dipingit. Apabila beliau tidak suka terhadap sesuatu dapat diketahui dari raut mukanya (Shahih Al Bukhari hal 504). Pandangannya tidak terfokus pada satu orang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang selalu menundukkan pandangannya, lebih lama memandang kebawah daripada memandang keatas. Segala pandangannya merupakan pengamatan, tidak berbicara dengan seseorang dalam hal hal yang tidak terpuji karena malu dan karena kemuliaan jiwaanya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyebutkan nama seseorang yang menyebutkan sesuatu yang tidak beliau sukai, akan tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mengapa orang orang berbuat seperti ini”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling adil, orang yang paling menjaga kehormatan, paling tepat perkataannya, dan paling dapat menjaga amanah. Hal ini telah diakui oleh kawan maupun lawan. Sebelum menjadi Nabi, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat menjadi al-amin (yang terpercaya), dan dijadikan pemutus perkara pada masa jahiliyah. At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiAllahu ‘anhu Bahwa Abu Jahal berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kami tidak mendustakanmu akan tetapi kami mendustakan (risalah) yang engkau bawa,” Maka Allah menurunkan firmannya,

“Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang orang yang zhalim itu mengingkari ayat ayat Allah.” (QS Al-An’am:33)

Heraclius pernah berkata kepada Abu Sufyan radhiAllahu ‘anhu (Pada waktu belum Masuk Islam), “Apakah kalian menuduhnya sebagai seorang pembohong, Sebelum ia mengatakan apa yang ia katakana?” Abu Sufyan berkata, “Tidak”.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling rendah hati dan paling jauh dari kesombongan, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang para sahabatnya berdiri untuk menghormatinya, sebagaimana dilakukan bangsa-bangsa lain untuk menghormati raja-raja mereka. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjungi orang-orang miskin dan duduk bersama orang-orang fakir, menghadiri undangan hamba sahaya, duduk diantara para sahabatnya seakan-akan beliau salah satu diantara mereka.

Aisyah radhiAllahu ‘anha berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyambung dan menjahit sendalnya, menjahit bajunya, mengerjakan pekerjaan rumah dengan tangannya sendiri sebagaimana salah seorang dari kalian melakukannya dirumah, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam (sama) seperti manusia pada umumnya, membersihkan pakaiannya, dan menyelesaikan urusannya sendiri.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling menepati janji, suka menyambung silaturahim, orang yang sangat pengasih, dan penyayang terhadaporang lain. Orang yang paling baik dalam bergaul dan berperilaku, paling baik akhlaknya, orang yang paling jauh daripada akhlak yang tercela, tidak berkata buruk, tidak pula suka mencela, tidak suka melaknat, tidak bersuara keras dipasar dan tidak membalas perbuatan buruk dengan keburukan pula. Akan tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memaafkan dan membiarkannya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkan seseorang berjalan dibelakangnya, tidak membedakan diri dari budak-budaknya dalam hal makanan dan minuman, serta suka membantu orang yang membantunya.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak mengatakan, “Hus” atau “Ah” pada pembantu-pembantunya dan tidak mengritik mereka dalam apa yang dikerjakan maupun yang ditinggalkan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai orang-orang miskin dan duduk (bermajelis) bersama mereka. Melayat jenazah mereka dan tidak meremehkan orang fakir karena kefakirannya.

Dalam suatu perjalanan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyembelih se ekor kambing, salah satu diantara mereka berkata, “aku yang menyembelihnya,” yang lainnya berkata, “aku yang mengulitinya,” yang lain berkata,” aku yang memasaknya”. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “aku yang mengumpulkan kayu bakarnya”. Mereka berkata, “cukuplah kami saja yang mengerjakannya.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “aku tahu, bahwa kalian saja sudah cukup untuk mengerjakannya, akan tetapi aku tidak suka untuk diistimewakan dari kalian semua, karena sesungguhnya Allah tidak suka melihat hamba-hamba-Nya diistimewakan dari teman-temannya.” Kemudian beliau berdiri dan mengumpulkan kayu bakar. (Khulashah As-Siyar hal 22)

Simaklah Hindun Binti Abi Halah memberikan kepada kita gambaran tentang pribadi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang mudah tersentuh perasaaannya, selalu berpikir, tidak mempunyai waktu untuk berleha-leha, tidak berbicara kecuali jika perlu, banyak diam, dan jika berbicara beliau memulai pembicaraan dan menutupnya dengan seluruh bagian mulutnya, tidak hanya (asal-asalan) dengan ujung bibir saja, (beliau) berbicara dengan Jawami’ul kalim (Kalimat ringkas tetapi mengandung makna yang tepat), jelas, tidak berlebih-lebihan dan juga tidak menguranginya, lembut perkataannya, tidak kasar dan tidak pula remeh.”

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mensyukuri nikmat walaupun sedikit, tidak mencela sesuatu, tidak pernah mencela makanan yang beliau rasakan, dan tidak pula memujinya. Tidak ada yang dapat meredakan kemarahannya apabila kebenaran dihujat sehingga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memenangkannya, tidak marah dan tidak membela dirinya sendiri, akan tetapi beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memaafkan, apabila menunjuk sesuatu beliau menunjuk dengan seluruh jarinya. Apabila takjub terhadap sesuatu beliau membalik telapak tangannya, apabila marah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menundukkan kepalanya. Kebanyakan tawanya adalah senyum, berkilau seperti tetesan embun.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menahan lisannya kecuali pada hal-hal yang bermanfaat. Mempersatukan para sahabatnya dan tidak memecah belah persatuan mereka, menghormati orang yang terhormat pada setiap kaumnya dan memberikan wewenang kepadanya untuk mengatur kaumnya. Memberikan peringatan kepada orang-orang, dan menjaga diri dari mereka tanpa meyembunyikan sifat kemanusiaanya dari salah satu diantara mereka.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menanyakan sahabat-sahabatnya, dan bertanya kepada orang-orang tentang permasalahan mereka, memuji kebaikan dan membenarkannya, mencela kejelekan dan menghinakannya. Tidak kikir dalam menyampaikan kebenaran dan tidak pula melampaui batas.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak duduk dan berdiri kecuali dalam keadaan berzikir, tidak duduk pada suatu tempat yang istimewa, apabila telah sampai pada suatu kaum beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada tempat duduk yang tersisa. Memberikan kepada setiap teman duduknya akan haknya sehingga teman duduknya menganggap bahwa tidak ada seorang pun yang lebih dihormati daripada dirinya. Siapa saja yang duduk atau berdiri bersamanya karena memerlukan bantuannya beliau bersabar menunggunya hingga orang tersebut pergi dengan sendirinya. Tidak ada seorangpun yang meminta kepadanya sesuatu yang ia butuhkan, kecuali beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikannya atau menolaknya dengan perkataan yang halus.

Majelis mereka adalah majelis yang penuh dengan keramah-tamahan, malu, sabar, dan amanah, tidak ada suara yang keras didalammya, tidak ada perbuatan maksiat dan tidak dikhawatirkan akan adanya kesalahan didalamnya. Mereka saling mencintai karena takwa, menghormati yang lebih tua, mencintai yang lebih muda, membantu orang yang membutuhkan, dan menghibur orang yang terasing.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu bergembira dan berakhlak mulia. Lemah lembut tutur katanya, tidak kasar dan tidak keras suaranya. Tidak berkata keji, Tidak menyela, dan bukan seorang pemuji. Selalu mengabaikan hal hal yang beliau tidak sukai, dan beliau tidak pernah berputus asa.

Beliau telah meninggalkan untuk dirinya sendiri tiga perkara : Meninggalkan riya’ , Meninggalkan sesuatu yang berlebih lebihan, dan meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat. Beliau juga meninggalkan untuk orang lain tiga perkara : Tidak mencela seseorang dan tidak pula menghinanya, tidak membuka aibnya, dan tidak berbicara kecuali pada perkara perkara yang diharapkan pahalanya.

Apabila berbicara beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membuat orang orang yang duduk bersamanya terdiam. Seakan akan diatas kepala mereka ada burung yang hinggap. Apabila beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diam, mereka baru berbicara. Mereka tidak saling berebut untuk berbicara dihadapan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika ada orang yang berdicara dihadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka akan mendengarkan, sehingga ia selesai berbicara.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terhapan hal hal yang mereka tertawa dengannya, dan mengagumi apa apa yang mereka kagumi. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabar terhadap orang orang asing yang berbicara kasar dengannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ”Apabila kalian bertemu dengan orang orang yang membutuhkan bantuan kalian, maka bantulah ia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mencari pujian kecuali dari orang yang tidak berlebih lebihan dalam memuji. (Lihat Kitab Asy-Syaifa karangan al-Qadhy,op.cit., I/121-126,dan lihat juga syama’il at-Tirmidzi).

Khorijah bin Zaid berkata, ”Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling terhormat dalam majelisnya, hampir tidak ada perkataanya yang keluar, banyak diammnya, tidak berbicara pada hal hal yang tidak perlu, berpaling dari orang yang berkata tidak baik, tertawanya adalah senyum, perkataanya jelas, tidak berlebih lebihan dan juga tidak menguranginya, dan tawa para sahabatnya pada saat bersama beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah tersenyum karena menghormati dan mencontoh beliau. Lihat Kitab Asy-Syaifa karangan al-Qadhy,op.cit., I/107,dan lihat juga syama’il at-Tirmidzi).

Allah berfirman kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai pujian kepadanya :

وانك لعلى خلق عظيم

“Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung ” (QS Al Qalam;4)

Dengan sifat sifat mulia inilah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat menimbulkan rasa cinta yang sangat dan menjadikan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panglima yang setiap hati cenderung kepadanya. Menundukkan watak keras kaumnya, yang sebelumnya enggan untuk menerimanya, sehingga mereka berbondong bonding mengakui kerasulannya dan beriman kepada Allah.

Demikianlah sedikit yang bisa kami sampaikan mengenai kemuliaan Jiwa dan Akhlak Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ya Allah sampaikan shalawat kami kepada Muhammad dan kepada keluarganya, sebagaimana Engkau telah menyampaikan shalawat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkaulah Maha terpuji lagi Maha suci.

Wallahua’lam

( Dinukil dari Kitab Ar-Robiq al Maktum (Edisi Indonesia : Perjalanan Hidup Rasulullah Yang Agung Muhammad hal 721-728, cetakan Darul Haq) oleh Syaikh Shafiyyurrahman al Mubarakfuri)

Nanga Pinoh (Kalbar), Sabtu, 05 Juni 2010

Oleh : Abu Abdillah Ad-Dan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tafaddhol,, tinggalkan komentar...